Hadapi Pandemi, Mangindaan: Pemerintah Harus Beri Ruang Masyarakat Adat Bersuara

MANGUNINEWS.COM, Manado – Hiruk pikuk pandemi dunia belum berhenti. “Cerita dan data dikawinkan, membuat warga seolah ahli virus,” kata Harley Mangindaan kepada wartawan Manguni News, di Warong Kobong, Selasa (9/6).

Menurutnya, salah kaprah medis mengganggu sistem sosial atau sekarang biasa disebut ‘new normal’. “Yang terbiasa menjadi luar biasa dan itu kewajiban untuk sama-sama berkawan dengan Covid-19,” ujarnya.

Lanjutnya, sistem sosial di dalamnya ada budaya yang sangat mempengaruhi perubahan apapun di tanah pijakan manapun, termasuk Bumi Nyiur Melambai.

“Masih teringat tarian kawasaran yang selalu dihadirkan dalam menjemput tamu, dan aksi budaya lain yang selalu diutamakan di sini,” tukas Mangindaan, sembari mempertanyakan apa peran budaya dalam menjemput ‘new normal’.

Mangindaan mendesak pemerintah harus memberi ruang yang sama pada komunitas-komunitas budaya pada penanganan Covid-19.

“Banyak bentuk atau cara-cara kearifan lokal, bagaimana tindakan preventif pencegahan kaitan dengan wabah, dalam konteks proses isolasi dalam tradisi setiap daerah,” ucapnya.

“Biasa ketika mendengar pengobatan yang dalam tradisi Minahasa disebut mangundam. Dan atau bahan pemikiran dari budayawan yang belum tertuang dengan baik,” tandas Mangindaan yang akrab disapa Bang Ai.

Menurutnya, pemerintah mestinya beri ruang kepada komunitas dan masyarakat adat, bicara bersama bagaimana menangani pandemi ini.

“Jangan beri kesan diabaikan, karena kalo mereka juga kena virus, bisa musnah masyarakat adat. Karena ini juga tidak hanya persoalan medis,” ujarnya.

Bang Ai menilai, sikap mental masyarakat, sistem gotong royong, mapalus dalam menghadapi wabah, perlu dikedepankan sebagaimana tradisi leluhur kita.

“Hanya soal waktu memang untuk semua ini, secara teologis. Namun perlu juga budayawan didengar,” kunci Mangindaan. (Anugrah Pandey)